Pohon Beringin di samping jalan rumahku itu, memang sangat besar. Perlu lima orang dewasa yang berpegangan tangan, untuk memeluk Beringin itu. Bisa ditebak, berapa usia pohon itu?
Ketika aku lahir, Beringin itu sudah berdiri kokoh. Sosoknya
terlihat sombong, angkuh tapi terlihat seperti yang dituakan. Mirip ketua
RT-nya para pohon. Tetapi ybaang membuat aku tidak bisa lepas memikirkan pohon
itu Beringin terlihat…Angker!
Aku selalu takut bila lewat di depan Beringin itu. Dunia
seperti menjadi lebih gelap saat bayangan Beringin menutupi permukaan tanah.
Bukan itu saja, Aku sangat yakin ada banyak makhluk gaib yang menunggui pohon
Beringin itu. Saat berada di dekat Beringin, Aku merasa makhluk-makhluk itu
keluar menyambut dengan seringai yang lebar dengan banyak gigi taring. Iiih
menyeramkan!
“Assalamualaikuuum!” Teriakku mendorong pintu ruang tamu dengan keras. Aku
berlari mencari Ibu dan berhenti di dapur. “Ibuuuuu!” Kutabrak Ibu yang sedang
mencuci sayuran.
“Ada apa sayang?” Terlihat Ibu begitu terkejut setelah
tanganku erat tidak terlepas dari pinggangnya.
Tangannya yang lembut
menggandengku ke kursi makan. “Ayo, minum air ini dulu, Aisyah.” Ibu menyodorkan
segelas air bening di hadapanku.
Napasku masih satu-satu, ketika Ibu mulai bertanya lagi. “Ayo
Aisyah, ada apa? Kenapa kamu ketakutan, Nak?”
“Ibu, kenapa sih, Beringin itu enggak ditebang saja? Aku
takut!”
“ Memang Aisyah lihat apa, kok bisa ketakutan seperti ini?”
Ibu mengulangi lagi pertanyaannya
“Aisyah…Aisyah…Enggak lihat apa-apa, Ibu. Pohonnya aja seram
seperti kakek-kakek berjenggot panjang yang mau ambil Aisyah kemudian disimpan
di dalam pohon” Aku menjelaskan sambil menangis.
“Aisyah! Tahukah kamu. Kalau Beringin itu memang banyak
penunggunya. Eits jangan salah mengerti,
penunggunya juga makhluk hidup seperti kita loh! Ada burung, tupai, kepik atau
bahkan ular.”
“Jika Aisyah merasa takut, bayangkan yang indah-indah saja
dari sebuah pohon ya, Nak. Pohon itu bisa menghisap racun yang dikeluarkan oleh
kendaraan seperti gas karbondioksida dan mengeluarkan udara segara seperti
oksigen. Coba bayangkan kalau pohon beringin ini ditebang, dimana hewan-hewan
itu akan tinggal? Sedihkan?” Ibu melanjutkan.
“Pohon Beringin itu sangat berarti bagi kita, Aisyah. Yang
menanam pohon ini, Insya Allah pasti banjir pahala dari Allah karena manfaat
pohon itu yang dirasakan banyak makhluk. Ketika Aisyah takut dengan makhluk
gaib dari pohon itu, ingat ya, Nak, kalau dunia kita dengan dunia gaib itu
berbeda. Kita tidak bisa memasuki dunia mereka dan sebaliknya.” Ibu membelai
rambut Aisyah dengan lembut.
Pelan-pelan aku memegang tangan Ibu, “Ternyata, Beringin tetap pohon yang baik
hati ya, Bu. Sekarang Aisyah malah takut kalau Beringin itu enggak disitu lagi, pasti jalan itu jadi
panas, hiii enggak banget deh.”
Membayangkan Beringin menghilang sungguh membuatku begidik…
#kelasmenulisceritaanak
#kelasmenulisceritaanak